Wamena – Toleransi menjadi nilai utama yang mencerminkan kasih dan sikap hidup orang asli Papua (OAP) dalam menjalani keseharian bersama masyarakat lain di wilayah paling timur Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kata sederhana ini memiliki makna besar dalam membangun kehidupan yang damai dan saling menghargai di Tanah Papua.
Saat ini, Papua telah terbagi menjadi enam provinsi, yaitu Papua, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Pegunungan, dan Papua Barat Daya. Di wilayah ini, OAP tidak hidup secara terpisah, melainkan berdampingan secara harmonis dengan masyarakat Nusantara yang telah lama menetap dan hidup turun-temurun di Papua. Rasa kebersamaan dan saling memiliki pun terjalin kuat selama bertahun-tahun dalam bingkai toleransi yang kokoh.
Dari enam provinsi tersebut, terdapat kawasan yang dikenal sebagai Pegunungan Tengah Papua, yang mencakup Papua Tengah dan Papua Pegunungan. Wilayah ini identik dengan kehidupan masyarakat OAP di dataran tinggi, dengan suhu yang bisa sangat dingin hingga mencapai sekitar 5 derajat Celcius.
Masyarakat OAP di wilayah ini dikenal memiliki rasa kasih dan toleransi yang tinggi terhadap saudara-saudara dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka hidup berdampingan dengan ASN, anggota TNI-Polri, tenaga kesehatan, pendidik, pedagang, hingga pemuka agama yang bertugas dan menetap di Pegunungan Tengah Papua.
Di kawasan ini terdapat kurang lebih 17 denominasi gereja. Tiga di antaranya merupakan gereja asli masyarakat Pegunungan Tengah Papua, yaitu Gereja Injili di Indonesia (GIDI), Gereja Baptis, dan Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia (Kingmi). Meski memiliki latar belakang yang berbeda, gereja-gereja tersebut tetap hidup rukun dan berjalan seiring dengan denominasi lainnya, termasuk dengan warga Muslim yang menjadi kelompok minoritas di wilayah ini.
Perayaan Hari Raya Natal menjadi salah satu wujud nyata kerukunan antarumat beragama di Pegunungan Tengah Papua. Pada momen ini, prajurit TNI dan anggota kepolisian, baik yang beragama Nasrani, Muslim, maupun pemeluk agama lain, larut dalam suasana kebersamaan untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus.
Suasana Natal mampu menyingkirkan sekat perbedaan. Yang terasa hanyalah kebersamaan, kekompakan, serta saling menghormati demi menjaga kedamaian yang telah lama tumbuh di daerah ini. Gubernur Papua Pegunungan, John Tabo, menyebut bahwa OAP memiliki kasih yang besar dan tingkat toleransi yang sangat tinggi.
Saat Natal tiba, rumah-rumah warga Nasrani di Pegunungan Tengah Papua dan wilayah Papua pada umumnya terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin berkunjung, termasuk umat Muslim. Sikap keterbukaan yang sama juga terlihat ketika Idul Fitri, di mana keluarga Muslim menyambut tamu dari berbagai latar belakang untuk bersilaturahmi.
Bupati Jayawijaya, Atenius Murib, bahkan menyebut Papua sebagai tempat belajar toleransi yang sesungguhnya. Perayaan Natal sendiri biasanya sudah dimulai sejak awal Desember, dengan berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten bersama forkopimda serta elemen masyarakat.
Nuansa Natal umumnya masih terasa hingga awal tahun berikutnya, dengan berbagai perayaan yang digelar oleh komunitas, paguyuban suku, pemuda, dan masyarakat di Pegunungan Tengah Papua. Aparat keamanan, baik TNI maupun Polri, turut merayakan Natal bersama masyarakat di wilayah tugasnya, termasuk di daerah perbatasan dan pedalaman.
Kebersamaan antara TNI, Polri, dan masyarakat OAP menjadi wujud nyata kehadiran negara di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar. Komandan Satgas Pamtas RI–PNG Yonif 511/DY, Letkol Inf Amar Supratman, menegaskan bahwa hal ini merupakan bagian dari kemanunggalan TNI dengan rakyat Papua dalam merayakan Natal.
Pendekatan kemanusiaan terus dilakukan aparat keamanan untuk membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat, sehingga tercipta suasana aman dan tenteram. Dalam perayaan Natal, TNI juga menyalurkan bantuan bahan pokok seperti beras, mi instan, ikan kaleng, kopi, susu, dan teh sebagai bentuk kepedulian dan kebersamaan.
Selain itu, pemerintah daerah bersama aparat keamanan mengintensifkan layanan Cek Kesehatan Gratis (CKG) di wilayah 3T sebagai bagian dari program nasional. Melalui layanan ini, diharapkan masyarakat Papua dapat menyambut Natal dalam kondisi sehat dan sejahtera.
Natal pun menjadi simbol persaudaraan, toleransi, dan kebersamaan bagi seluruh unsur masyarakat, mulai dari pemerintah, tokoh agama, tokoh adat, pemuda, hingga perempuan di Pegunungan Tengah Papua. Perdamaian menjadi kunci utama dalam perayaan Natal di Tanah Papua, karena hanya dengan suasana damai percepatan pembangunan dapat berjalan dengan baik.
Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan berharap seluruh masyarakat terus menjaga dan merawat kedamaian tersebut, terutama di momen perayaan Natal, agar Papua tetap menjadi rumah bersama yang aman, harmonis, dan penuh kasih.
Sumber : hdselcuksports.net